Advertise

Warna Pada Desain

 Menambahkan warna pada desain melibatkan lebih banyak dari sekedar memilhi dua atau tiga hue dan menggunakan warna-warna ini secara merata pada bagian latar belakang Anda. Pengaplikasian warna secara efektif kepada sebuah proyek desain membutuhkan banyak sekali keseimbangan – dan lebih banyak warna yang Anda pilih, semakin rumit untuk mencapai keseimbangan.

Sebuah cara yang mudah tentang konsep ini adalah dengan membagi warna pilhan Anda kedalam warna dominan dan aksen. Warna dominan akan menjadi warna yang terlihat dan paling sering digunakan pada desain Anda, sementara satu warna aksen yang lain atau lebih akan melengkapi dan menyeimbangakn warna utama. Memperhatikan bagaimana warna-warna ini berinteraksi dengan satu sama lain – jumlah (atau kekurangan) dari kontras, kemudahan dalam membaca jika ada teksnya, perasaan seperti apa yang diciptakan oleh warna-warna tersebut, dan lain-lain – akan membantu Anda menemukan palet yang sempurna untuk tujuan desain Anda.

Pedoman utama untuk menggunakan sebuah dasar, palet tige warna pada sebuah desain dikenal dengan peraturan 60-30-10. Metode ini sering digunakan pada desain interior, juga dapat diaplikasikan secara efektif pada proyek situs atau desain cetak. Secara sederhana buat jumlah cue dominan Anda 60% pada warna desain, sementara itu dua aksen warna pada 30% dan 10%. Sebuah analogi yang bagus untuk memahami bagaimana pekerjaan ini menggambarkan sebuah stelan jas pria; warna jas dan celana dihitung 60% secara keseluruhan pakaian; kemeja dihitung 30%; dan dasi biasanya menggunakan sebuah hitungan dari warna terang pada 10% - menciptakan keseimbangan, tampilan yang terpoles.


Cara lain untuk membuat palet warna Anda tetap sederhana dan seimbang adalah menggunakan shade dan tint (atau lebih terang dan gelap dari hue yang sudah dipilih). Dengan cara seperti ini, Anda dapat memperluas pilihan warna Anda tanpa membuat desain Anda dengan warna pelangi.



Warna pada Pemasaran & Branding

Pengenalan merek biasanya sangat terikat dengan warna. Misalnya Coca Cola, Facebook, atau Starbucks, dan Anda akan langsung menamai warna yang mereknya berasosiasi dengan warna.

Sebuah penelitian dari Universitas Winnipeg, berjudul “Impact of Color Marketing(terbuka di tab atau jendela baru),” menemukan bahwa penilaian orang terhadap produk biasanya berawal dari warna (dengan penilaian 60%-90% - yang hanya membutuhan 90 detik – berdasarkan warnanya saja). Ini artinya, pada desain, warna bukan hanya sekedar pilihan artistik, namun juga keputusan bisnis yang penting – mempengaruhi semua hal dari persepsi konsumen tentang sebuah merek atau produk yang dijual.

Meski pun begitu, ketika memilih sebuah skema warna untuk logo atau merek Anda, Anda tidak harus patuh dengan tradisional, simbolis, atau metode stereotip. Tidak ada bukti proses atau peraturan yang susah-dan-cepat ketika sudah berhadapan dengan memilih warna. Hal terpenting adalah apakah warna dan bagaimana ini digunakan sudah cocok dengan karakter merek dan konteks pasar. Untuk beberapa inspirasi, kunjungilah BrandColors(terbuka di tab atau jendela baru), sebauh situs yang mengumpulkan pedoman visual (dengan kode heks) untuk pemilihan warna oleh merek yang dikenal dari seluruh dunia.



Sistem Warna RGB vs. CMYK

Ketika Anda bekerja pada sebuah proyek desain yang akan butuh untuk dicetak, layar komputer Anda tidak dapat secara akurat menampilkan warna sebagaimana terlihat pada kertas. “Apa yang Anda lihat” bukan “apa yang Anda dapatkan,” karena monitor/layar digital dan mesin cetak menggunakna sistem warna yang berbeda: RGF dan CMYK. RGB mengacu pada titik-titik kecil warna merah, hijau, dan biru terang yang dikombinasikan untuk menampilkan warna yang terlihat pada layar; sementara CMYK singkatan dari tinta myan, magenta, kuning (yellow) dan hitam (black) yang dicampurkan oleh mesin cetak untuk membentuk warna-warna cetak. Karena warna RGB menggunakan banyak spektrum ruang warna yang lebih luas dari CMYK, perlu dicatat bahwa beberapa desainer awalnya ingin membuat proyek cetak di RGB untuk pilihan warna yang lebih banyak, tapi kemudian mengubah desain menjadi CMYK sebelum dicetak.


Karena perbedaan ini, desainer membutuhkan cara untuk mendapatkan hasil warna yang konsisten ketika bekerja menggunakan kedua sistem tersebut – contohnya, Anda mendesain sebuah logo untuk digunakan pada situs namun juga akan dicetak pada kartu nama. Disinilah saat dimana Sistem Pemasangan Panton (Pantone Matching System, PMS) dapat membantu. Warna dapat dipasangkan untuk situs dan cetak (dengan berbagai tipe permukaan cetak) untuk memastikan sebuah tampilan yang seragam. Sistem Pantone membuat hal ini menjadi mudah untuk desainer, klien, dan mesin cetak untuk berkolaborasi dan memastikan tampilan akhir produk sesuai dengan yang direncanakan.

Warna: Pahamilah, jelajahi dan cintai!

Ada beberapa orang yang mempelajari sesuatu secara spesial seperti teori warna dan psikologi atau warna neuro – ini adalah subjek kompleks yeng berakhir pada pertemuan dari seni dan sains. Namun kedinamisan itu adalah bagian dari apa yang membuat desain begitu menarik dan peralatan yang efektif untuk pemasaran. Meski pedoman ini mungkin hanya sebatas serpihan di permukaan, kami berharap ini dapat membantu Anda membuat menerima cukup informasi, dan lebih efektif dalam pemilihan warna untuk penggunaan proyek personal atau profesional. Selamat mendesain!




Post a Comment

0 Comments